Loading...
Friday 6 December 2013

Sumpit Mematikan Khas Suku Dayak



Ada satu suku dari daerah Kalimantan yang kita kenal dengan suku Dayak, mereka bergerak dan bertempur bak siluman. Para tentara Belanda dengan senjata canggih seperti senapan dan meriam pun kewalahan saat menghadapi prajurit prajurit Dayak yang pada umumnya hanya mengandalkan sumpit (bahasa Kalimantan Tengah: sipet). Meskipun persenjataan tentara Belanda sangat lengkap dan canggih di masa itu. Apa alasannya ?

Sumpit Mematikan Khas Suku Dayak
Sumpit atau sipet adalah senjata yang digunakan untuk berburu maupun dalam pertempuran terbuka atau sebagai senjata rahasia untuk pembunuhan diam diam. Penggunaan sumpit yaitu dengan cara ditiup. Dari segi penggunaannya sumpit atau sipet ini memiliki keunggulan tersendiri karena dapat digunakan sebagai senjata jarak jauh dan tidak merusak alam karena bahan pembuatannya yang alami. Dan salah satu kelebihan dari sumpit atau sipet ini memiliki akurasi tembak yang dapat mencapai mencapai 218 yard atau sekitar 200 meter.

Sebelum berangkat ke medan laga, mereka mengolesi mata anak sumpit dengan getah pohon ipuh atau pohon iren. Dalam kesenyapan, mereka beraksi melepaskan anak sumpit yang disebut damek. Tanpa tahu keberadaan lawannya, tiba-tiba saja satu per satu serdadu Belanda terkapar, membuat sisa rekannya yang masih hidup lari terbirit-birit. 

Kalaupun sempat membalas dengan tembakan, dampak timah panas ternyata jauh tak seimbang dengan dahsyatnya anak sumpit beracun. Tak sampai lima menit setelah tertancap anak sumpit pada bagian tubuh mana pun, para serdadu Belanda yang awalnya kejang-kajang akan tewas. Bahkan, bisa jadi dalam hitungan detik mereka sudah tak bernyawa. Sementara, jika prajurit Dayak tertembak dan bukan pada bagian yang penting, peluru tinggal dikeluarkan. Setelah dirawat beberapa minggu, mereka pun siap berperang kembali. "Makanya, tak heran penjajah Belanda bilang, menghadapi prajurit Dayak itu seperti melawan hantu," tutur Pembina Komunitas Tarantang Petak Belanga, Chendana Putra. 

Penguasaan medan yang dimiliki prajurit Dayak sebagai warga setempat tentu amat mendukung pergerakan mereka di hutan rimba. "Karena itu, pengaruh penjajahan Belanda di Kalimantan umumnya umumnya hanya terkonsentrasi di kota-kota besar tapi tak menyentuh hingga pedalaman," Chendana.

Tak hanya di medan pertempuran, sumpit tak kalah ampuhnya ketika digunakan untuk berburu. Hewan-hewan besar akan ambruk dalam waktu singkat. Rusa, biawak, atau babi hutan tak akan bisa lari jauh. "Apalagi, tupai, ayam hutan, atau monyet, lebih cepat lagi," katanya.

Bagian tubuh yang terkena anak sumpit hanya perlu dibuang sedikit karena rasanya pahit. Uniknya, hewan tersebut aman jika dimakan. "Mereka yang mengonsumsi daging buruan tak akan sakit atau keracunan," kata Chendana. Baik hewan maupun manusia, setelah tertancap anak sumpit hanya bisa berlari sambil terkencing-kencing.

"Bukan sekadar istilah, dampak itu memang nyata secara harfiah. Orang atau binatang yang kena anak sumpit, biasanya kejang-kejang sambil mengeluarkan kotoran atau air seni sebelum tewas," pungkas Chendana.

Tidak semua orang memiliki keahlian dalam membuat sumpit atau sipet. Di Pulau Kalimantan saja hanya ada beberapa suku saja yang memiliki keahlian dalam pembuatan sumpit, yaitu suku Dayak Ot Danum, Punan, Apu Kayan, Bahau, Siang, dan suku Dayak Pasir.

Perjuangan anak negeri Dayak melawan penjajah Belanda ternyata tak kalah heroiknya dengan pejuang yang konon menggunakan bambu runcing untuk memerdekakan negeri Indonesia. Sumpit menjadi salah satu senjata khas yang mampu menjadi bagian sejarah tak terlupakan. Sehingga saat ini, ketrampilan menyumpit bukan lagi untuk berburu atau untuk berperang, melainkan diperlombakan pada olahraga-olahraga daerah. Menjadi nomor olahraga yang diperhitungkan pada setiap pertandingan yang selenggarakan di daerah. Olahraga sumpit tidak jauh berbeda dengan olahraga yang lainnya seperti olahraga tembak atau olahraga panah. Biasanya untuk sasarannya dibuat lingkaran dari karton atau kertas. Peserta lomba berlomba-lomba untuk mengenai lingkaran yang telah dibuat dengan jarak yang telah ditentukan oleh panitia lomba.

3 komentar:

  1. Benar banget gan, Dulu Belanda sangat takut dengan sumpit orang dayak dari pada senjata api, karena sumpit tidak mengeluarkan suara yang keras, tau tau udah nancep di pantat agan :>) :>) :>)

    Ijin Share info buat agan yang suka trading, ane nemu majalah bisnis gratis yang isinya mengulas masalah trading, silakan agan bisa langsung meluncur ke TKP : http://tradingsmartfx.blogspot.com/2...-suplemen.html
    Agan juga bisa mengunakan fasilitas demo accountnya di : http://demoreg.imfutures.com/index.php?idmkt=IM004
    Analisa marketnya mantaaf & jituu gan

    ReplyDelete
  2. sptnya lebih ampuh sumpit daripada bambu runcing krn ini jarak jauh..

    ReplyDelete

Uniknya Nusantara Indonesia

My Photo

Sebuah Blog sederhana untuk Mengenalkan dan Menampilkan Keunikan Nusantara Indonesia Dari Sabang Sampai Merauke
 
Klik This >
TOP